02 Februari, 2010

BUDIDAYA KACANG TANAH

I. PENDAHULUAN
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.
PT. NASA berusaha berperan meningkatkan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan ( Aspek K - 3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

3.1.2. Penyiapan Benih
Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.

3.2.2. Pembentukan Bedengan
Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah terjadinya serangan jamur berikan Natural GLIO. Pengembangbiakan Natural GLIO dengan cara: 1-2 sachet Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik) . Pemberian Natural GLIO pada sore hari.

3.2.5. Pemberian Pupuk Makro dan SUPER NASA
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi setempat.
c. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.

Adapun cara penggunaan SUPER NASA sbb :
alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10 meter bedengan.

Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. Perendaman Benih dengan POC NASA
Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.

3.3.4. Cara Penanaman
Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.

3.4.3. Pemberian POC NASA dan HORMONIK
Penyemprotan POC NASA dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.6. Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
b. Penyakit sapu setan
Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.

PENDAHULUAN
Meskipun Indonesia telah berswasembada beras sejak tahun 1984, akan tetapi swasembada pangan masih belum tercapai. Salah satu komoditi yang masih rendah produktifitasnya ditingkat petani adalah kacang tanah. Upaya peningkatan produktivitas kacang tanah tidak bisa hanya menggantungkan diri pada hasil kacang tanah yang ditanam di lahan sawah, tetapi lahan kering atau tegalan memiliki peluang yang dapat dikembangkan sebagai penghasil kacang tanah yang potensial.

Masalah yang dihadapi lahan kering pada umumnya adalah tingkat kesuburan yang relatif rendah sehingga mengakibatkan produktifitasnya rendah pula. Untuk meningkatkan produktivitas ini, maka sistem bercocok tanamnya perlu disempurnakan dengan menerapkan teknologi budidaya kacang tanah yang dianjurkan. Dengan demikian akan dapat memberikan kontribusi lebih baik bagi petani dan keluarganva pada khususnya serta masyarakat pada umumnya.

TEKNOLOGI BUDIDAYA KACANG TANAH YANG DIANJURKAN

1. Persyaratan tumbuh
- Tumbuh baik pada ketinggian 0 - 500 m dpl
- Struktur tanah gembur dan drainase baik
- Keasaman (pH) tanah antara 6-6,5
- Dalam masa pertumbuhan memerlukan cahaya matahari yang cukup
- Tanaman yang masih muda memerlukan air cukup untuk pertumbuhan dan setelah berumur 2,5 bulan kebutuhan akan air sudah mulai berkurang.

2. Benih
Varietas unggul yang dianjurkan antara lain : Gajah, Macan, Banteng, Tapir, Kelinci dan Mahesa, varietas-varietas ini tahan terhadap penyakit layu, karat dan bercak daun. Varietas lainnya yang sangat digemari oleh para petani di NTB adalah varietas lokal setempat.

3. Penyiapan lahan
- Tarah diolah dengan cara bajak 1 kali dan digaru 1kali
- Buatlah saluran drainase berjarak 3 - 4 meter membujur searah dengan barisan tanaman
- Lebar saluran 30 cm dan dalam 25 cm

4. Waktu tanam
- Penanainan dilakukan segera setelah hujan turun cukup
- Perlu diupayakan supaya penanaman dilakukan serentak pada suatu hamparan

5. Cara tanam
- Biji ditugalkan dengan kedalaman 3 cm
- Jarak tanam 40 x 1 0 cm (2 biji/Iubang)
- Benih diperlukan sekitar 70 kg biji/ha

6. Pemeliharaan

a. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan dosis Urea 50 kg/ha, Sp-36 100 kg/ha, dan KCL 50 kg/ha. Pupuk diberikan pada umur 10 - 15 hari setelah tanam dengan cara disebarkan dalam larikan antara barisan. Semua pupuk diberikan sekaligus. Pemupukan bisa juga dilakukan dengan cara disebar
merata keseluruh areal sebelum tanam, asalkan kondisi lahan dalam keadaan lembab (macak-macak).

b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada umur 3 minggu dan umur 6 minggu setelah tanam (tergantung keadaan rumput).

c. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit hendaknya menggunakan prinsip pengendalian hama terpadu. Hama yang sering menyerang tanaman kacang tanah adalah : pengerek daun (Stamopteryx subsecivella), pengisap daun (Empoasca) dan kutu daun (Tetranychus bimaculatus). Sedangkan penyakit yang sering menyerang antara lain: penyakit layu (bacterial wilt), bercak dawn (Leaf spot), sapu (Virus), mozaik (Mozaik disease), cendawan akar (Sclerotical disease) dan penyakit cendawan akar (Sclerotical blight)

7. Panen
Tanaman kacang tanah bisa dipanen antara umur 100 - 110 hari, dengan tanda tanda : kulit polong mengeras dan berwarna kehitaman, polong berisi penuh, kulit biji tipis mengkilat dan tidak berair serta sebagian besar daun telah rontok.


ANALISA EKONOMI BUDIDAYA KACANG TANAH

Produksi yang dicapai dari hasil pengkajian Demonstrasi Penerapan Paket Teknologi Anjuran Budidaya Kacang Tanah sebagai Pengisi Lorong pada Penelitian Adaptif Budidaya Lorong di Desa Ntonggu, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima mencapai rata-rata 2,75 ton polong kering per hektar dengan analisa biaya dan keuntungan sebagai berikut:


Tabel Analisa Ekonomi
1. Biaya produksi perhektar
a. Benih 70 kg biji @ Rp. 6.000.- Rp. 420.000;
b. Tali rapia 1 roll @ Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-
c. Pupuk :
- Urea 50 kg @ Rp 1.100,- Rp. 55.000,-
- Sp-36 100 kg @ Rp. 1.650.- Rp. 165.000,-
- KCL 50 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 52.500,-
d. Tenaga kerja
- Pembuatan drainase 10 HOK (a) Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
- Penanaman 30 HOK @ Rp. 10.000,- Rp. 300.000,-
- Pemupukan 2 HOK @ Rp. 10 000,- Rp. 20.000,-
- Penyiangan 40 HOK @ Rp. 10.000,- Rp. 400.000,-
- Panen 40 HOK @, Rp. 10.000; Rp. 400.000,-
- Pascapanen 5 HOK @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000;
e. Total biaya (1) Rp. 1.972.500,-
2. Penerimaan =2,75 ton @ Rp. 210.000, /kwt Rp. 5.775.000,-
3. Keuntungan =(2)-(1) Rp. 3.802.500,-
4. B/C Rasio =2,93

Sumber: Lembar informasi pertanian (Liptan) IP2TP Mataram No. 09/Liptan/2000

18 Januari, 2010

Mengenal Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Beliau dilahirkan di desa Lok Gabang pada hari kamis dinihari 15 Shofar 1122 H, bertepatan 19 Maret 1710 M. Anak pertama dari keluarga muslim yang taat beragama , yaitu Abdullah dan Siti Aminah. Sejak masa kecilnya Allah SWT telah menampakkan kelebihan pada dirinya yang membedakannya dengan kawan sebayanya. Dimana dia sangat patuh dan ta’zim kepada kedua orang tuanya, serta jujur dan santun dalam pergaulan bersama teman-temannya. Allah SWT juga menganugrahkan kepadanya kecerdasan berpikir serta bakat seni, khususnya di bidang lukis dan khat (kaligrafi).

Silsilah keturunan :

Galur nasabnya adalah Maulana Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama’ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja’far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti Rasulullah SAW.

Riwayat :

Diriwayatkan, pada waktu Sultan Tahlilullah (1700 – 1734 M) memerintah Kesultanan Banjar, suatu hari ketika berkunjung ke kampung Lok Gabang. Sultan melihat seorang anak berusia sekitar 7 tahun sedang asyik menulis dan menggambar, dan tampaknya cerdas dan berbakat, dicerita-kan pula bahwa ia telah fasih membaca Al-Quran dengan indahnya. Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan meminta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya ting-gal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan.

Setelah dewasa beliau dikawinkan dengan seorang perempuan yang solehah bernama tuan “BAJUT”, seorang perempuan yang ta’at lagi berbakti pada suami sehingga terjalinlah hubungan saling pengertian dan hidup bahagia, seiring sejalan, seia sekata, bersama-sama meraih ridho Allah semata. Ketika istrinya mengandung anak yang pertama, terlintaslah di hati Muh. Arsyad suatu keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah. Maka disampaikannyalah hasrat hatinya kepada sang istri tercinta.

Meskipun dengan berat hati mengingat usia pernikahan mereka yang masih muda, akhirnya Siti Aminah mengamini niat suci sang suami dan mendukungnya dalam meraih cita-cita. Maka, setelah mendapat restu dari sultan berangkatlah Muh. Arsyad ke Tanah Suci mewujudkan cita-citanya.Deraian air mata dan untaian do’a mengiringi kepergiannya.

Di Tanah Suci, Muh. Arsyad mengaji kepada masyaikh terkemuka pada masa itu. Diantara guru beliau adalah Syekh ‘Athoillah bin Ahmad al Mishry, al Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al Kurdi dan al ‘Arif Billah Syekh Muhammad bin Abd. Karim al Samman al Hasani al Madani.

Syekh yang disebutkan terakhir adalah guru Muh. Arsyad di bidang tasawuf, dimana di bawah bimbingannyalah Muh. Arsyad melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya dengan kedudukan sebagai khalifah.

Menurut riwayat, Khalifah al Sayyid Muhammad al Samman di Indonesia pada masa itu, hanya empat orang, yaitu Syekh Muh. Arsyad al Banjari, Syekh Abd. Shomad al Palembani (Palembang), Syekh Abd. Wahab Bugis dan Syekh Abd. Rahman Mesri (Betawi). Mereka berempat dikenal dengan “Empat Serangkai dari Tanah Jawi” yang sama-sama menuntut ilmu di al Haramain al Syarifain.

Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu, timbullah kerinduan akan kampung halaman. Terbayang di pelupuk mata indahnya tepian mandi yang diarak barisan pepohonan aren yang menjulang. Terngiang kicauan burung pipit di pematang dan desiran angin membelai hijaunya rumput. Terkenang akan kesabaran dan ketegaran sang istri yang setia menanti tanpa tahu sampai kapan penentiannya akan berakhir. Pada Bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M, sampailah Muh. Arsyad di kampung halamannya Martapura pusat Kerajaan Banjar pada masa itu.

Akan tetapi, Sultan Tahlilullah seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan HW, yaitu cucu Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di kerajaannya.

Sultan Tamjidillah menyambut kedatangan beliau dengan upacara adat kebesaran. Segenap rakyatpun mengelu-elukannya sebagai seorang ulama “Matahari Agama” yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kerajaan Banjar. Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Baik kepada keluarga, kerabat ataupun masyarakat pada umumnya. Bahkan, sultanpun termasuk salah seorang muridnya sehingga jadilah dia raja yang ‘alim lagi wara’.

Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah “Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama”. Syekh Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa kitab serta risalah lainnya, diantaranya ialah:

  1. Kitab Ushuluddin yang biasa disebut Kitab Sifat Duapuluh,
  2. Kitab Tuhfatur Raghibin, yaitu kitab yang membahas soal-soal itikad serta perbuatan yang sesat,
  3. Kitab Nuqtatul Ajlan, yaitu kitab tentang wanita serta tertib suami-isteri,
  4. Kitabul Fara-idl, semacam hukum-perdata.

Dari beberapa risalahnya dan beberapa pelajaran penting yang langsung diajarkannya, oleh murid-muridnya kemudian dihimpun dan menjadi semacam Kitab Hukum Syarat, yaitu tentang syarat syahadat, sembahyang, bersuci, puasa dan yang berhubungan dengan itu, dan untuk mana biasa disebut Kitab Parukunan. Sedangkan mengenai bidang Tasawuf, ia juga menuliskan pikiran-pikirannya dalam Kitab Kanzul-Makrifah.

Setelah ± 40 tahun mengembangkan dan menyiarkan Islam di wilayah Kerajaan Banjar, akhirnya pada hari selasa, 6 Syawwal 1227 H (1812 M) Allah SWT memanggil Syekh Muh. Arsyad ke hadirat-Nya. Usia beliau 105 tahun dan dimakamkan di desa Kalampayan, sehingga beliau juga dikenal dengan sebutan Datuk Kalampayan.

Riwayat Guru Makrifat

Tuan Guru Syekh KH. Muhammad Saman Al-Banjari

RIWAYAT HIDUP SINGKAT
Tuan Guru Syekh KH. Muhammad Saman Al-Banjari pengamanah mutlak Ilmu Ma’rifatullah Wa Ma’rifaturrasul pengarang kitab “AWALUDDIN” lahir di Astambul Martapura Kalimantan Selatan pada tanggal 11 Maret 1919 dari seorang Ayah bernama Gusti Muhammad Saleh Bin Tuan Guru Matasin Bin Tuan GuruMuhammad Ali Binti Syafiah Binti Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dan seorang Ibu bernama Antung Sawiyah Bin Gusti Gantung Bin Pangeran Syaidullah. Beliau adalah anak bungsu dari lima bersaudara yaitu: 1). Antung Jainur, 2). Gusti Mahrus, 3). Gusti Masran, 4). Gusti Salman dan 5). Gusti Masnun (Nama beliau diwaktu kecil).
Kehidupan beliau diwaktu kecil berjalan lancer penuh kedamaian di bawah asuhan kedua orang tua beliau. Ketika berusia tujuh tahun ibunda yang sangat beliau cintai yang selama ini menjadi tempat mengadu dan bermanja tipanggil kehadirat Allah Rabbul Jalil. Maka selanjutnya beliau diasuh oleh nenek beliau sampai usia 13 tahun. Kemudian nenek kembali pula kehadirat-Nya. Seterusnya diasuh oleh Paman beliau sampai dengan dewasa.
Pada tahun 1944 di jaman penjajah Jepang menjadi lascar Jepang, Heiho. Sampai dengan tahun 1945 sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, bersama kawan-kawan melarikan diri dari Heiho setelah membunuh tujuh orang Jepang.
Bersama dengan kawan-kawan pada tahun 1947 bergabung dengan pasukan revolusi mempertahankan kemerdekaan yang ingin direbut kembali oleh penjajah Kolonial Belanda.
Pada tahun 1950 menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan pangkat Sersan Mayor Batalyon 602 Kompi IV Lambung Mangkurat sebagai Komandan Pleton II, dan kemudian berhenti pada tahun 1953 dari Dinas Ketentaraan. Ditahun 1950 ini pula beliau memperoleh jodoh dan menikah dengan seorang wanita bernama Fatimah Binti Abdul Muthalib di Tarakan. Dari perkawinan ini melahirkan putra putrid sebanyak tujuh orang yaitu: 1). Norma, 2). Nosyehan, 3). Muhammad Syamsuri, 4). Muhammad Syamsiar, 5). Galuh Srikandi, 6). Rukiah, 7). Hendra Negara.
Antara tahun 1953 sampai dengan tahun 1956 setelah berhenti dari Dinas Ketentaraan hidup beliau tidak menentu, melakukan berbagai macam pekerjaan untuk menghidupi keluarga (anak dan istri). Mencari penghidupan ke negeri tetangga seperti ke Tawau, Sabah, Malaysia bahkan sampai ke Filipina.
Kemudian atas kehendak Allah Rabbul Jalil pada tahun 1956 beliau memperoleh limpahan ilmu secara LADUNI, melalui Datuk Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Mula-mula ilmu yang diperoleh yaitu tujuh mata pelajaran pokok Ma’rifah yaitu:
1. Mengenal Diri
2. Mematikan Diri Sebelum Mati
3. Kesempurnaan Dua Kalimah Syahadat
4. Dzikrullah
5. Istinja
6. Junub, dan
7. Tanda-tanda Sakarul
Sejak tahun 1957 ilmu yang diperoleh, mulai diajarkan kepada orang-orang sekitar tempat tinggal di Tarakan, dari rumah ke rumah seorang diri. Kemudian pada tahun 1960 dengan Rahmat dan Ridho Allah beliau kembali secara Laduni diperkenalkan pada Dzat-Nya yang bersifat Laisa Kamisylihi Syai’un secara langsung tanpa melalui mahluk.
Maka mulaipada tahun 1960 ini ditambah satu mata pelajaran yaitu mengenal dzat Allah Rabbul Jalil dan Ilmu ini dinamakan “ AWALUDDIN MA’RIFATULLAH WA MA’RIFATURRASUL” hingga sampai sekarang ini.
Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun sampailah beliau ke negeri tetangga Malaysia untuk mengajarkan ilmu yang ada pada diri beliau khususnya Tawau, Kota Kinbalu, dan sekitarnya di Sabah bahkan sampai ke Brunai Darussalam sehingga sampai dengan sekarang ini murid-murid beliau ribuan jumlahnya.
Selama kurun waktu 1980 sampai 1990-an beliau bolak balik Tarakan-Samarinda untuk mengunjungi putra beliau yang berdomisili menetap di Samarinda, kesempatan ini beliau gunakan untuk mengajarkan ilmu Ma’rifatullah Wa Ma’rifaturrasul kepada orang-orang musli yang ikhlas mau belajar kepad beliau sehingga lambat laun di Samarinda pun mulai banyak pula murid-murid beliau.
Pada tahun 1995 beberapa murid yang menyadari perlunya sebuah organisasi untuk melaksanakan pengajian, berhimpun dan bersepakat membentuk Majelis Ta’lim Ma’rifatullah Wa Ma’rifaturrasul Cabang Samarinda. Sedangkan pusatnya di Tarakan.
Sejak tahun 1997 beliau menetap di Samarinda dan Pusat Majelis Ta’lim Ma’rifatullah Wa Ma’rifaturrasul dipindahkan ke Samarinda.
Note:
Dikutip dari Buku Awaluddin Ma'rifatullah Wa Ma'rifaturrasul Oleh: Tuan Guru Syekh KH. Muhammad Saman Al-Banjari