18 Januari, 2010

Riwayat Guru Makrifat

Tuan Guru Syekh KH. Muhammad Saman Al-Banjari

RIWAYAT HIDUP SINGKAT
Tuan Guru Syekh KH. Muhammad Saman Al-Banjari pengamanah mutlak Ilmu Ma’rifatullah Wa Ma’rifaturrasul pengarang kitab “AWALUDDIN” lahir di Astambul Martapura Kalimantan Selatan pada tanggal 11 Maret 1919 dari seorang Ayah bernama Gusti Muhammad Saleh Bin Tuan Guru Matasin Bin Tuan GuruMuhammad Ali Binti Syafiah Binti Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dan seorang Ibu bernama Antung Sawiyah Bin Gusti Gantung Bin Pangeran Syaidullah. Beliau adalah anak bungsu dari lima bersaudara yaitu: 1). Antung Jainur, 2). Gusti Mahrus, 3). Gusti Masran, 4). Gusti Salman dan 5). Gusti Masnun (Nama beliau diwaktu kecil).
Kehidupan beliau diwaktu kecil berjalan lancer penuh kedamaian di bawah asuhan kedua orang tua beliau. Ketika berusia tujuh tahun ibunda yang sangat beliau cintai yang selama ini menjadi tempat mengadu dan bermanja tipanggil kehadirat Allah Rabbul Jalil. Maka selanjutnya beliau diasuh oleh nenek beliau sampai usia 13 tahun. Kemudian nenek kembali pula kehadirat-Nya. Seterusnya diasuh oleh Paman beliau sampai dengan dewasa.
Pada tahun 1944 di jaman penjajah Jepang menjadi lascar Jepang, Heiho. Sampai dengan tahun 1945 sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, bersama kawan-kawan melarikan diri dari Heiho setelah membunuh tujuh orang Jepang.
Bersama dengan kawan-kawan pada tahun 1947 bergabung dengan pasukan revolusi mempertahankan kemerdekaan yang ingin direbut kembali oleh penjajah Kolonial Belanda.
Pada tahun 1950 menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan pangkat Sersan Mayor Batalyon 602 Kompi IV Lambung Mangkurat sebagai Komandan Pleton II, dan kemudian berhenti pada tahun 1953 dari Dinas Ketentaraan. Ditahun 1950 ini pula beliau memperoleh jodoh dan menikah dengan seorang wanita bernama Fatimah Binti Abdul Muthalib di Tarakan. Dari perkawinan ini melahirkan putra putrid sebanyak tujuh orang yaitu: 1). Norma, 2). Nosyehan, 3). Muhammad Syamsuri, 4). Muhammad Syamsiar, 5). Galuh Srikandi, 6). Rukiah, 7). Hendra Negara.
Antara tahun 1953 sampai dengan tahun 1956 setelah berhenti dari Dinas Ketentaraan hidup beliau tidak menentu, melakukan berbagai macam pekerjaan untuk menghidupi keluarga (anak dan istri). Mencari penghidupan ke negeri tetangga seperti ke Tawau, Sabah, Malaysia bahkan sampai ke Filipina.
Kemudian atas kehendak Allah Rabbul Jalil pada tahun 1956 beliau memperoleh limpahan ilmu secara LADUNI, melalui Datuk Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Mula-mula ilmu yang diperoleh yaitu tujuh mata pelajaran pokok Ma’rifah yaitu:
1. Mengenal Diri
2. Mematikan Diri Sebelum Mati
3. Kesempurnaan Dua Kalimah Syahadat
4. Dzikrullah
5. Istinja
6. Junub, dan
7. Tanda-tanda Sakarul
Sejak tahun 1957 ilmu yang diperoleh, mulai diajarkan kepada orang-orang sekitar tempat tinggal di Tarakan, dari rumah ke rumah seorang diri. Kemudian pada tahun 1960 dengan Rahmat dan Ridho Allah beliau kembali secara Laduni diperkenalkan pada Dzat-Nya yang bersifat Laisa Kamisylihi Syai’un secara langsung tanpa melalui mahluk.
Maka mulaipada tahun 1960 ini ditambah satu mata pelajaran yaitu mengenal dzat Allah Rabbul Jalil dan Ilmu ini dinamakan “ AWALUDDIN MA’RIFATULLAH WA MA’RIFATURRASUL” hingga sampai sekarang ini.
Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun sampailah beliau ke negeri tetangga Malaysia untuk mengajarkan ilmu yang ada pada diri beliau khususnya Tawau, Kota Kinbalu, dan sekitarnya di Sabah bahkan sampai ke Brunai Darussalam sehingga sampai dengan sekarang ini murid-murid beliau ribuan jumlahnya.
Selama kurun waktu 1980 sampai 1990-an beliau bolak balik Tarakan-Samarinda untuk mengunjungi putra beliau yang berdomisili menetap di Samarinda, kesempatan ini beliau gunakan untuk mengajarkan ilmu Ma’rifatullah Wa Ma’rifaturrasul kepada orang-orang musli yang ikhlas mau belajar kepad beliau sehingga lambat laun di Samarinda pun mulai banyak pula murid-murid beliau.
Pada tahun 1995 beberapa murid yang menyadari perlunya sebuah organisasi untuk melaksanakan pengajian, berhimpun dan bersepakat membentuk Majelis Ta’lim Ma’rifatullah Wa Ma’rifaturrasul Cabang Samarinda. Sedangkan pusatnya di Tarakan.
Sejak tahun 1997 beliau menetap di Samarinda dan Pusat Majelis Ta’lim Ma’rifatullah Wa Ma’rifaturrasul dipindahkan ke Samarinda.
Note:
Dikutip dari Buku Awaluddin Ma'rifatullah Wa Ma'rifaturrasul Oleh: Tuan Guru Syekh KH. Muhammad Saman Al-Banjari

4 komentar:

  1. salam 1 malaysia dari saya di sabah; anak Pak Guru Ramley Sulaiman. Teruskan usaha menulis blog ini. Tahniah untuk anda. Semoga diberkati Allah. Amin...

    BalasHapus
  2. http://yppimm-ni.blogspot.com/ link photo kegiatan yayasan

    BalasHapus